Tren film horor semakin meningkat seiring standarnya yang semakin hari semakin tinggi. Beberapa tahun terakhir, penggemar horor dimanjakan dengan kehadiran film-film horor berkualitas seperti Get Out (2017), The Conjuring (2016), Split (2016), hingga Pengabdi Setan (2017). Kehadiran film-film tersebut tentu bikin banyak orang berharap film-film horor selanjutnya akan mengikuti langkah yang sama. Sayangnya, Winchester tidak berada di gerbong yang sama dengan film-film yang disebutkan tadi.
Winchester menjadi karya terbaru dari sutradara kembar identik asal Australia, Michael dan Peter Spierig, yang sebelumnya menggarap Jigsaw (2017). Film ini terinspirasi dari kisah nyata tentang rumah berhantu Winchester yang populer di Amerika Serikat. Kisahnya berfokus pada Sarah Winchester (Helen Mirren), janda yang mendapat warisan berupa perusahaan senapan terkenal yang bernilai 20 juta dolar dari suaminya yang meninggal secara tiba-tiba.
Setelah mendapat warisan, Sarah yakin bahwa keluarganya dikutuk oleh hantu yang mati di tangan pengguna senapan Winchester. Setelah berkonsultasi dengan cenayang, Sarah mulai membangun mansion besar yang punya banyak ruangan misterius dan terus dibangun tanpa henti selama puluhan tahun.
Perusahaan Winchester jadi khawatir Sarah udah kehilangan kewarasannya. Mereka pun menyewa jasa Dokter Eric Price (Jason Clarke) untuk menilai dan mengevaluasi kejiwaan Sarah. Dari sinilah Eric mengetahui misteri di balik Sarah dan rumah Winchester yang ternyata berkaitan dengan kekuatan supernatural.
Pada awalnya, poster Winchester sangat menarik perhatian. Mirren menjadi sosok sentral dengan dandanan serbagelap dan menggunakan kerudung ala hantu nenek tua dari film Insidious pertama (2010) atau hantu dari Woman in Black (2012). Dijamin, deh, pasti banyak yang excited abis karena mengira aktris legendaris ini bakal membuka horizon baru dengan berperan sebagai hantu. Sayangnya, harapan kamu dan penggemar horor lainnya jadi sebatas harapan saja karena Mirren tidak menjadi hantu, melainkan protagonis dalam film ini.
Kekecewaan kamu juga tidak berakhir sampai di situ. Karena film horor ini terinspirasi dari kisah nyata, pastinya kamu berharap film ini bakal membuka wawasan kamu akan rumah Winchester yang dianggap sebagai salah satu rumah paling berhantu di dunia. Nyatanya, film ini justru tidak mampu menggali kisah yang seharusnya bisa kamu nikmati lebih jauh. Enggak ada sensasi khusus. Yang ada, film ini malah terasa seperti film horor budget rendah lainnya, sama-sama klise dan terkesan biasa banget.
Tanpa embel-embel Jumpscare, Winchester hanyalah sebuah film yang biasa. Tidak ada yang istimewa dari segi cerita, bahkan bisa dianggap buruk. Terlihat cukup banyak adegan yang enggak punya kesinambungan. Film ini juga lebih menekankan dialog dibanding aksi sehingga berpotensi bikin penonton cenderung merasa bosan dan enggak bisa menikmati cerita.
Ironisnya, adegan-adegan jumpscare dalam film ini juga sama sekali tidak istimewa. Kamu memang bakal kaget atau takut, tapi, ya, sudah, begitu saja. Kamu bakal menemukan formula yang sama dalam film horor lainnya. Padahal, film ini punya potensi besar lewat latar rumah Winchester. Tambahan elemen-elemen kecemasan seharusnya bisa dimunculkan mengingat luas dan membingungkannya rumah Winchester yang diibaratkan seperti labirin.
Tidak hanya dari segi latar, andai saja film ini lebih menggali sisi sejarah rumah dan keluarga Winchester, ceritanya pasti bakal lebih bisa dinikmati. Dibanding cerita supernatural, Winchester bisa saja menjadi film psychological thriller ala Silence of the Lambs (1991). Andaikan formula tersebut diambil, tentunya bakal menarik melihat Mirren mengeluarkan seluruh kemampuannya sebagai aktris pemenang Oscar.
Penokohan antara Sarah dan Eric menjadi salah satu hal yang terlihat janggal. Di saat Winchester ingin menonjolkan Mirren sebagai karakter utama, penampilan gemilang Clarke sebagai Eric menjadi berkah sekaligus musibah. Di saat penampilannya menjadi nilai lebih buat film ini, di satu sisi hal tersebut membuat Mirren terdegradasi menjadi karakter pendukung.
Dari segi estetika, latar era 1906 membuat Winchester terlihat istimewa dengan set bangunan ala Amerika Serikat zaman kolonial. Sayangnya, penggunaan latar di rumah Winchester tidak begitu maksimal. Alih-alih bisa menjadi representasi rumah aslinya, terlihat jelas bahwa latar di rumah adalah set studio. Film ini pun enggak mampu mengeksplorasi rumah Winchester yang punya pesona lewat misteri dan ratusan ruangan beserta koridornya.
Di balik semua kekurangannya, Winchester tidaklah seburuk yang kamu bayangkan. Penampilan Jason Clarke jadi nilai lebih di film ini. Begitu juga Helen Mirren yang sebenarnya tampil biasa bisa menjadi pesona tersendiri.
Balik lagi, Winchester tidak jauh beda seperti film horor lainnya. Tidak ada keistimewaan dari segi cerita dan produksi. Kalau kamu memang ingin menikmati sajian horor seperti biasa, enggak ada salahnya nonton film ini. Kalau kamu sudah nonton, silakan berkomentar, ya!
Sumber: https://www.kincir.com/movie/cinema/review-winchester-pematah-tren-film-horor-istimewa
Sumber: https://www.kincir.com/movie/cinema/review-winchester-pematah-tren-film-horor-istimewa
Komentar
Posting Komentar